Gambar 1. Bunga Cempaka Putih (Michelia
alba)
1.
Klasifikasi Ilmiah Tanaman Cempaka Putih
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan
berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Magnoliaceae
Genus : Michelia
Spesies : Michelia alba DC.
2.
Bagian Tanaman Cempaka Putih
Kantil (Cempaka Putih) merupakan tanaman yang mempunyai bunga berwarna putih dan berbau
harum dengan tinggi pohon mencapai 30 meter. Bunga kantil yang mempunyai nama
latin Michelia alba dan masih berkerabat dekat dengan bunga jeumpa (cempaka
kuning) ini merupakan tanaman khas (fauna identitas) provinsi
Jawa Tengah.
Tanaman
kantil mempunyai beberapa nama lokal di berbagai daerah di Indonesia. Nama-nama
lokal tersebut diantaranya adalah cempaka putih, kantil (Jawa), cempaka bodas (Sunda), campaka
(Madura), jeumpa gadeng (Aceh), campaka putieh
(Minangkabau), sampaka
mopusi (Mongondow), bunga eja kebo (Makasar), bunga eja mapute (Bugis), capaka bobudo
(Ternate), capaka
bobulo (Tidore).
Dalam
bahasa Inggris, fauna identitas Jawa Tengah ini disebut White champaca.
Di Filipina tanaman ini dikenal sebagai Tsampakang puti. Dalam bahasa
ilmiah (latin) bunga kantil disebut sebagai Michelia alba yang
bersinonim dengan Michelia longifolia (Blume).
Pohon
kantil mempunyai tinggi yang mampu mencapai 30 meter dan mempunyai batang yang
berkayu. Pada ranting-ranting pohon cempaka putih biasanya ditumbuhi bulu-bulu
halus berwarna keabu-abuan.
Daun
kantil (cempaka putih) tunggal berbentuk bulat telur dan berwarna hijau.
Tangkai daun lumayan panjang, mencapai hampir separo panjang daunnya. Kantil (Michelia
alba) mempunyai bunga berwarna putih yang mempunyai bau harum yang khas.
Tanaman yang dimitoskan sebagai rumah kuntilanak ini jarang ditemukan mempunyai
buah karena itu perbanyakan dilakukan secara vegetatif.
3.
Fungsi Tanaman Cempaka Putih
Secara
medis, bunga, batang, daun kantil (Michelia alba) mengandung alkaloid
mikelarbina dan liriodenina yang mempunyai khasiat sebagai ekspektoran
dan diuretik. Karena kandungan yang dipunyainya, kantil dipercaya
dapat menjadi obat alternatif bagi berbagai penyakit seperti bronkhitis, batuk,
demam, keputihan, radang, prostata, infeksi saluran kemih, dan sulit kencing.
Bunga
cempaka putih cukup dikenal di kalangan masyarakat, sehingga banyak masyarakat
yang menggunakan bunga cempaka putih sebagai campuran lulur yang berkhasiat
untuk mencegah penuaan dini. Di samping itu, tanaman cempaka putih dipercaya
dapat menyembuhkan berbagai penyakit, diantaranya keputihan dan infeksi saluran
kemih yang disebabkan oleh jamur.
Sayangnya
khasiat yang dipunyai oleh bunga cempaka putih ini belum tereksplorasi secara
maksimal. Sehingga meski saat ini mulai ada yang berusaha membudidayakan
tanaman ini tetapi pemanfaatannya lebih banyak untuk acara-acara spiritual dan
tradisi.
Tanaman
cempaka putih (Michelia alba) tergolong dalam famili Magnoliaceae yang
hampir seluruh bagian tanaman seperti kulit kayu, daun, dan bunga dapat
dimanfaatkan sebagai obat, seperti obat demam, haid tidak teratur, bronkhitis,
batuk, keputihan, radang, infeksi saluran kemih, dan kencing sedikit. Disamping
itu, ketiga bagian tanaman ini juga berkhasiat sebagai ekspektoran dan bersifat
diuretik sehingga dapat memecah batu ginjal, serta mencegah dan menyembuhkan
bau mulut.
Manfaat
bagian tanaman Kenanga:
A. Bunga,
dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit:
1. Bronkhitis
2. Batuk
3. Demam
4. Keputihan
5. Radang
6. Prostata
B. Daun,
dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit:
1. Bronkhitis
2. Infeksi
saluran kemih
3. Kencing
sedikit.
C. Akar,
dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit:
1. Infeksi
saluran kemih.
4.
Kandungan Metabolit Sekunder Tanaman Cempaka Putih
Bunga cempaka
putih mengandung 0,2 % minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan (Heyne,
1987). Minyak atsiri dari bunga cempaka putih sangat mudah rusak oleh pemanasan
dengan uap air, maka proses isolasi minyak dari bunga dilakukan dengan metode
ekstraksi menggunakan pelarut organik yang mudah menguap seperti petroleum eter
(Anonim b, 2008). Minyak atsiri bunga cempaka putih mengandung fenol, sineol,
eugenol, bensilaldehida, dan feniletilalkohol. Selain mengandung minyak atsiri
yang terdapat pada bunga, seluruh tanaman cempaka putih (Michelia alba)
juga mengandung alkaloid, flavonoid, dan saponin. Kandungan metabolit sekunder
ini tersebar mulai dari akar, daun, dan kulit kayu (Anonim, 2007).
Minyak atisiri
merupakan minyak yang mudah menguap yang akhir-akhir ini menarik perhatian dunia,
hal ini disebabkan minyak atsiri dari beberapa tanaman bersifat biologis
seperti antibakteri dan antijamur (Elistina, 2005). Minyak atsiri pada umumnya
dibagi menjadi dua komponen yaitu golongan hidrokarbon dan hidrokarbon
teroksigenasi (Robinson. 1991). Menurut Heyne (1987) senyawa turunan
hidrokarbon teroksigenasi (fenol) memiliki daya antibakteri yang kuat. Senyawa
fenol cenderung mudah larut dalam air dan pelarut semipolar karena pada umumnya
fenol seringkali berikatan dengan gula sebagai glikosida (Harbone, 1987).
Murniana (2007) melaporkan bahwa ekstrak kental dan fraksi-fraksi n-heksana
dari bunga cempaka putih menunjukkan aktivitas antimikrobial yang kuat terhadap
bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
1. Senyawa atsiri bunga cempaka putih (Michelia
alba) tidak mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans pada
konsentrasi 1000 ppm. Akan tetapi, ekstrak n- heksana yang mengandung
flavonoid dan triterpenoid yang tidak atsiri dari bunga cempaka putih memiliki
aktivitas antioksidan yang besar pada menit ke-60 yaitu sebesar 79,14%.
2. Hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa senyawa atsiri
bunga cempaka putih mengandung 6 komponen mayor, antara lain
5-(2-propenil)-1,3-Benzioxola; 1-etenil-1methil-2,4-bis (1-metiletenil)
Sikloheksana; 3-metil-,2-feniletil Butanoat 9,12-oktadekadienoat; Trikosana;
dan Pentaoksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar